BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika adalah alat yang dapat
membantu memecahkan berbagai permasalahan dalam pemerintahan, industri, sains,
dll. Sejarah matematika adalah penyelidikan terhadap asal mula penemuan di
dalam matematika dan sedikit perluasannya, penyelidikan terhadap metode dan
notasi matematika dimasa silam. Dalam perjalanan sejarahnya, matematika
berperan membangun peradaban manusia sepanjang masa.
Kata "matematika" berasal
dari kata μάθημα(máthema) dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai
"sains, ilmu pengetahuan, atau belajar" juga μαθηματικός
(mathematikós) yang diartikan sebagai "suka belajar".
Nama India merupakan nama baru yang
disebut dalam ejaan orang barat. Aslinya adalah Hind, terambil dari nama sungai
Shindu, salah satu sungai di India, dari kata tersebut kemudian menjadi Hindustan. Nama India juga berasal
dari kata Sindh, yang diambil dari nama penguasa dahulu di India yaitu anak
Nabi Nuh, yang menguasai lebih besar disebanding dengan saudaranya yang lain
yaitu Hind dan Bang. Kata sind sama artinya dengan Bharata.
India telah memiliki
pengetahuan besar mengenai matematika. Angka nol diciptakan oleh bangsa India
kuno. Demikian juga sistem desimal. Matematika Hindu atau matematika India
dikenal sebagai Sulwa Sutra,. Atau “tali dari sloka” (cord of verses). Ini
berkaitan dengan pembangunan altar tempat pemujaan dan upacara korban. Formula
dari Sulwa Sutra sifatnya empirik. Sesungguhnya, dikatakan bahwa Sulwa Sutra
mungkin merupakan pengaruh di belakanag perkembangan kemudian dari geometri
Yunani. Semua hal yang datang dari matematika India, angka
nol adalah yang paling menonjol.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah,
maka masalah-masalah yang muncul dapat didefinisikan sebagai berikut:
1.
Bagaimana sejarah matematika India?
2.
Apa sistem
bilangan India?
3.
Siapa
tokoh–tokoh matematika dari India ?
4.
Apa
penemuan yang berhubungan dengan
matematika di India?
1.3
Tujuan Penulisan
Sesuai permasalahan diatas, tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1.
Untuk mengetahui sejarah matematika
India.
2.
Untuk mengetahui sistem bilangan yang digunakan oleh India.
3.
Untuk mengetahui tokoh matematika India.
4.
Untuk
mengetahui penemuan yang berhubungan dengan matematika di India.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Matematika India
Matematika India atau juga bisa disebut Matematika Hindu muncul pada
abad ke-26 SM dan berakhir pada abad ke-14
M. Matematika India ini berkembang setelah matematika China dan berakhir
tepat sebelum munculnya matematika Eropa abad pertengahan.
Matematika India
dimulai sejak munculnya sebuah peradaban yang
terletak di daerah aliran Sungai Indus. Peradaban
ini biasa disebut Peradaban Lembah Indus. Kota-kota yang mereka tempati kala itu diatur secara geometris.
Peradaban
Lembah Sungai Indus, 2800 SM–1800 SM, merupakan sebuah peradaban kuno yang
hidup sepanjang Sungai Indus dan Sungai Ghaggar-Hakra yang sekarang Pakistan
dan India barat. Peradaban ini sering juga disebut sebagai Peradaban Harappa
Lembah Indus, karena kota penggalian pertamanya disebut Harappa, atau juga
Peradaban Indus Sarasvati karena Sungai Sarasvati yang mungkin kering pada
akhir 1900 SM. Pemusatan terbesar dari Lembah Indus berada di timur Indus,
dekat wilayah yang dulunya merupakan Sungai Sarasvati kuno yang pernah
mengalir.
Sekitar abad ke-15 SM bangsa India diusir oleh
bangsa Arya yang datang dari Asia Tengah. Selama kira-kira 1000 tahun bangsa
Arya menyempurnakan tulisan Hindu dan bahasa Sansekerta. Beberapa penulis agama
juga menulis sejarah matematika karena dalam pembangunan altar Budha
direntangkan tali yang menunjukkan pengenalan tigaan Pythagoras.
Kemudian lahirlah matematika Vedanta yang berkembang di India sejak Zaman besi. Sekitar abad ke-9 SM, seorang matematikawan bernama Shatapatha
Brahmana mulai menemukan pendekatan nilai π, dan kemudian antara abad ke-8 dan ke-5
SM, Sulba Sutras memberikan
tulisan-tulisan geometri yang menggunakan bilangan rasional, bilangan prima,
aturan tiga dan akar kubik yaitu dengan menghitung akar kuadrat dari 2 sampai sebagian dari seratus ribuan, memberikan
metode konstruksi lingkaran dan perhitungan luasnya menggunakan susunan
persegi, menyelesaikan persamaan linear dan kuadrat serta menggembangkan Tripel Pythagoras secara aljabar, dan memberikan pernyataan dan bukti numerik untuk
teorema Pythagoras.
Pada tahun
550 bangsa Hindu menemukan bilangan nol dan penulisan sistem letak untuk
bilangan. Angka India atau Argam Hindiyyah dimulai satu tempat kosong untuk
angka nol, ini terbukti telah dituliskan posisi itu pada Kitab Injil orang
India. Para ahli matematika India telah lama menemukan bilangan nol, tetapi
belum ada simbolnya. Kemudian Aryabrata menyebut bilangan nol dengan kata
“kha”. Aryabrata telah memasukkan nol dalam sistem perhitungan bukan sekedar
tempat kosong. Konsep bilangan nol menggunakan satu tempat kosong di dalam
pengaturan bentuk tabel telah dikenal dan digunakan di India dari abad ke-6.
Naskah tertua yang diketahui menggunakan nol adalah karya Jain dari India yang
berjudul Lokavibhaaga, berangka tahun 458. Penggunaan simbol nol oleh orang
India yang pasti adalah di Gwalior Tablet Stone pada tahun 876. Dokumen
tersebut tercetak pada lempengan tenbaga dengan simbol “o” kecil tercetak di
situ. Ensiklopedi Britanica mengatakan “Literatur Hindu membuktikan bahwa
bilangan nol mungkin telah dikenal di depan kelahiran Kristus, tetapi tidak ada
catatan yang ditemukan dengan simbol seperti itu di depan abad ke-9”. Ide-ide
brilian dari matematikawan India selanjutnya dipelajari oleh matematikawan
Muslim dan Arab. Hal ini terjadi pada tahap-tahap awal ketika matematikawan
Al-Khawarizmi meneliti sistem perhitungan Hindu (India) yang menggambarkan
sistem nilai tempat dari bilangan yang melibatkan bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, dan 9. Al-Khawarizmi adalah yang pertama kali memperkenalkan penggunaan bilangan
nol sebagai nilai tempat dalam basis sepuluh. Sistem ini disebut sebagai Sistem
Bilangan Desimal.
2.2 Tokoh Matematika India
Pāṇini
(kira-kira abad ke-5 SM) yang merumuskan aturan-aturan tata bahasa Sanskerta.
Notasi yang dia gunakan sama dengan notasi matematika modern, dan menggunakan
aturan-aturan meta, transformasi,
dan rekursi.
Pingala
(kira-kira abad ke-3 sampai abad pertama SM)
di dalam risalahnya prosody menggunakan alat
yang bersesuaian dengan sistem bilangan biner. Pembahasannya
tentang kombinatorika meter
bersesuaian dengan versi dasar dari teorema
binomial. Karya Pingala juga berisi gagasan dasar tentang bilangan Fibonacci (yang disebut mātrāmeru).
Surya Siddhanta (kira-kira 400) memperkenalkan fungsi trigonometri sinus,
kosinus,
dan balikan sinus, dan meletakkan aturan-aturan yang menentukan gerak sejati
benda-benda langit, yang bersesuaian dengan posisi mereka sebenarnya di
langit.Daur waktu kosmologi dijelaskan di dalam tulisan itu, yang merupakan
salinan dari karya terdahulu, bersesuaian dengan rata-rata tahun siderik 365,2563627
hari, yang hanya 1,4 detik lebih panjang daripada nilai modern sebesar
365,25636305 hari. Karya ini diterjemahkan ke dalam bahasa Arab
dan bahasa Latin pada Zaman Pertengahan.
4.
Aryabhata
(abad ke-499)
Aryabhata adalah matematikawan dan astronom India yang lahir pada tahun 475 M dan
meninggal pada tahun 550 M. Dia hidup
di zaman yang sulit untuk mengembangkan matematika. Bahkan, pada masa itu dia merupakan satu-satunya orang yang menemukan rumus-rumus matematika sebelum
lahirnya ahli-ahli matematika pada masa modern kini.
Pada
tahun 499 M, saat usianya baru 23 tahun ia sudah berhasil membuat sebuah karya
besar. Karyanya itu adalah sebuah Kitab yang ia beri judul mirip dengan namanya
yakni Aryabhatiya.
Kitab ini begitu populer karena didalamnya ia memperkenalkan fungsi versinus, menghasilkan
tabel trigonometri
India pertama tentang sinus, mengembangkan teknik-teknik algoritma
aljabar, infinitesimal, dan persamaan diferensial, serta memperoleh
solusi seluruh bilangan untuk persamaan linear oleh sebuah metode yang setara
dengan metode modern. Tak hanya matematika, di dalam kitab ini ia juga
menuliskan perhitungan astronomi yang akurat berdasarkan sistem heliosentrisgravitasi. Saking
populernya, kitab ini diterjemahkan kedalam bahasa Arab
pada abad ke-8 M, dan kemudian dalam bahasa Latin pada abad ke-13 M.
Penemuannya
yang lain dalam matematika adalah penemuan rumus π (phi). Ia memberikan nilai π
yang bersesuaian dengan 62832/20000 = 3,1416. Ia juga membuat rumus untuk
menemukan luas segitiga, lingkaran, dll. Dalam rumus lingkaran, ia membuat
peraturan yang menyatakan komponen utama pemecahan keliling sebuah lingkaran
ada pada diameternya.
5.
Brahma Gupta
Brahma
Gupta adalah matematikawan besar India berikutnya, ia hidup dari tahun 598
sampai 660 M. Karyanya yang terkenal adalah Brahma Siddhanta yang terdiri dari dalil dan peraturan. Pada
tahun 628 M Brahma Gupta menulis sebuah buku berjudul Brahma Gupta Siddhanta sebagai perbaikan dari buku sebelumnya.
Dalam buku barunya ini ia menulis 2 bab tentang matematika, yaitu bab 12 dan 18
yang didalamnya terdapat teorema-teorema yang sudah diakui sebagai teorema yang
benar. Namun ada pendapat beberapa ahli yang mengatakan bahwa teorema Brahma
Gupta tidak benar. Disamping itu terdapat pula teorema-teorema Brahma Gupta
yang eksak yaitu dengan memanfaatkan rumus-rumus Archimedes Heron untuk
menentukan jari-jari lingkaran luar suatu segitiga. Salah satu contohnya adalah
saat Brahma Gupta membuat rumus yang
ekivalen dengan rumus trigonometri yang kita pakai sekarang yakni:
2R= a/sin A= b/sin B =c/sinC

K=√(s-a)(s-b)(s-c)(s-d)
6.
Mādhava
Mādhava dari Sangamagrama (lahir
dengan nama Irinjaatappilly Madhava Namboodiri) (c. 1350 – c. 1425) adalah
matematikawan dan astronom India dari kota Irinjalakkuda (dekat Cochin, Kerala,
India). Ia merupakan pendiri sekolah astronomi dan matematika Kerala. Mādhava
dianggap sebagai salah satu matematikawan-astronom terbesar pada abad
pertengahan, dan telah menyumbangkan kontribusi dalam deret takhingga,
kalkulus, trigonometri, geometri dan aljabar.
Karya Madhava diduga dikirim ke
Eropa melalui misionaris-misionaris Yesuit dan pedagang yang aktif disekitar
pelabuhan Kochi, sehingga memberikan pengaruh terhadap perkembangan kalkulus di
Eropa.

Πr =4r –(4r)/3+(4r)/s
Pada abad ke-14, Madhava dari Sangamagrama menemukan rumus Leibniz untuk pi, dan,
menggunakan 21 suku, untuk menghitung nilai π sebagai berikut 3,14159265359
2.3 Sistem Bilangan India
1.
Angka Brahmi
Kebanyakan sistem angka
kedudukan yang menggunakan 10 sebagai asas yang digunakan di seluruh dunia
adalah berasal dari India.
Sistem angka India lazimnya dikenali di Barat sebagai sistem angka Hindu-Arab atau angka Arab, karena ia
diperkenalkan di Eropa melalui orang Arab.
Digit 1 hingga 9 dalam sistem angka
Hindu-Arab berevolusi dari angka Brahmi.
Angka Brahmi ditemukan pada prasasti
di gua dan kuil di daerah dekat Poona, Bombay dan Uttar Pradesh, prasasti yang
berbeda, berbeda pula bentuk simbolnya. Angka Brahmi sudah digunakan lebih lama
sampai abad 4M.
2.
Angka Gupta
Periode Gupta adalah selama dinasti
Gupta memerintah sampai ke Magadha di Timur laut India pada awal abad 4M sampai
akhir abad 6M. Angka Gupta dibangun dari angka Brahmi dan tersebar luas oleh
kerajaan Gupta
Angka Gupta
lalu berkembang menjadi angka Nagari kadang-kadang juga disebut angka
Devahagari.
3.
Angka Nagari
Angka Nagari
sering disebut-sebut oleh Al-Biruni sebangai “kebanyakan bilangan” karena
banyak dikirim ke dalam dunia Arab. Angka Nagari sering disebut angka
Devanagari. Angka India menyebar kenagian dunia antara abad 7 sampai abad 16 M
dan sudah menyebar di Eropa di akhir abad 5 M.
Angka
Devanagari |
Hindu-Arab
|
Perkataan
Sanskrit untuk
angka ordinal |
०
|
śūnya
(शून्य)
|
|
१
|
éka
(एक)
|
|
२
|
dvi
(द्वि)
|
|
३
|
trí
(त्रि)
|
|
४
|
chatúr
(चतुर्)
|
|
५
|
pañch
(पञ्च)
|
|
६
|
ṣáṣ
(षष्)
|
|
७
|
saptá
(सप्त)
|
|
८
|
aṣṭá
(अष्ट)
|
2.4 Penemuan Yang Berhubungan Dengan Matematika
India
1. The Sulba
Sutra
Catatan tertua matematikawan India
yang berisi lampiran teks-teks agama yang memberikan aturan sederhana untuk
membangun altar berbagai bentuk, seperti kotak, persegi panjang, dan lain-lain.
lampiran ini juga memberi metode untuk membuat lingkaran dengan memberikan persegi
yang luasnya sama. Serta berisi penjelasan verbal awal mengenai teorema
Pythagoras.
2.
The Siddhanta Surya
Catatan yang memperkenalkan fungsi trigonometri sinus,
kosinus, dan sinus invers, dan meletakkan aturan untuk menentukan gerakan yang
sebenarnya posisi benda-benda langit.
3.
Naskah Bakhshali
Naskah Bakhshali merupakan naskah awal yang ditemukan ratusan tahun yang
lalu.
Gupta menulis :
Naskah
Bakhshali adalah naskah yang diberikan pada pekerjaan matematika yang ditulis
pada pelapah pohon ditemukan pada musim panas tahun 1881 di dekat kampong
Bakhshali Yusufzai Peshawar (sekarang Pakistan). Kampong tersebut berada di
Mardhan Tsanil 50 mil dari kota Peshawar.
Naskah
Bakhsahali sebuah buku petunjuk tentang aturan-aturan dan contoh ilustrasi dan pemecahannya.
Terutama tentang Aritmatika dan Aljabar serta beberapa Geometri dan pengukuran.
Naskah tersebut memberikan banyak pernyataan aturan kemudian diikuti contoh dan
tanda matematika serta pembuktiannya. Hanya sebagian besar disimpan, maka kita
tidak dapat memastikan ukuran atau keseimbangan antara topik yang berbeda.
Sebagian besar naskah telah rusak dan hanya sekitar 70 daun pelepah pohon yang
tersisa yang masih bertahan hingga naskah ini ditemukan. Naskah tersebut
diperkirakan disusun sekitar 400M.
4.
Nilai π
Pemahaman π oleh Aryabhata
Aryabhata bekerja pada pendekatan
untuk π dan memungkinkan telah sampai pada kesimpulan bahwa π adalah tidak
rasional. Pada bagian kedua dari Aryabhata (ganitapada 10), ia menulis dalam
bahasa sansekerta, yang artinya :
“tambahkan 4 dan 100, kalikan dengan
8, dan kemudian menambahkan 62.000. dengan aturan ini keliling lingkaran dengan
diameter 20.000 dapat ditemui menjadi
∏ = = 3.1416
5.
Geometri
Basis dan inspirasi dari keseluruhan matematika India
adalah geometri. Bekas-bekas peninggalan awal pengetahuan geometri dari
peradaban Lembah Indus dapat ditemukan pada penggalian kota Harappa dan
Mohenjo-daro, dimana terdapat bukti berupa alat penggambar lingkaran yang
berasal dari 2500 SM. Ilmu geometri yang berasal dari India dapat diketahui
melalui sebuah catatan konstruksi geometri para pendeta Weda yang disebut Sulbasutra. Sulbasutra adalah panduan untuk pembangunan altar-altar tersebut
untuk pemujaan dan menjelaskan sejarah geometri bangsa India. Altar-altar ini
memiliki bentuk berbeda-beda tetapi berdiri di wilayah yang sama. Sulbasutra
berisi penjelasan verbal awal mengenai teorema Pythagoras meskipun juga telah
diketahui oleh bangsa Babilonia. Dalil-dalil Sutrasulba berhubungan dengan
pembagian gambar-gambar seperti garis lurus, persegi panjang, lingkaran dan
segitiga. Geometri Hindu terutama untuk keperluan praktek. Geometri yang
pertama mengenai pendirian altar agama Hindu. Pendirian altar itu terkait
dengan teorema Pythagoras.
6.
Trigonometri
Penelitian trigonometri oleh Aryabhata
Dalam kitab Ganitapada 6, Aryabhata mengemukakan luas segitiga, yang
artinya :
“untuk segitiga, hasil yang tegak lurus dengan sisi setengah merupakan
daerah.
7.
Aljabar
Penelitian Aljabar oleh Aryabhata
Didalam kitab Aryabhata, Aryabhata memberikan hasil
elegan untuk penjumlahan dari serangkaian bilangan kuadrat dan bilangan pangka
3 :
12+22+...+n2
=
Dan
13+23+...+n3=(1+2+...+n)2
Jika x, y, dan r merupakan sisi segitiga dan memenuhi
persamaan x2+y2=r2 maka segitiga tersebut
pastilah siku-siku, dan dikatakan x, y, dan r adalah tripel pythagoras.
Untuk mencari tripel pythagoras kita bisa menggunakan rumus-rumus berikut :
x=a2-b2
y=2ab
r=x2+y2
dengan ketentuan a>b
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Matematika Hindu atau matematika India dikenal sebagai Sulwa Sutra,. Atau
“tali dari sloka” (cord of verses). Semua hal yang datang dari matematika India, angka nol adalah yang paling
menonjol.
Pada tahun 550 bangsa Hindu menemukan bilangan nol dan penulisan sistem
letak untuk bilangan. Angka India atau Argam Hindiyyah dimulai satu tempat
kosong untuk angka nol, ini terbukti telah dituliskan posisi itu pada Kitab
Injil orang India. Para ahli matematika India telah lama menemukan bilangan
nol, tetapi belum ada simbolnya. Kemudian Arybrata menyebut bilangan nol dengan
kata “kha”. Penggunaan simbol nol oleh orang India yang pasti adalah di Gwalior
Tablet Stone pada tahun 876. Dokumen tersebut tercetak pada lempengan tenbaga
dengan simbol “o” kecil tercetak di situ. Ensiklopedi Britanica.
Al-Khawarizmi
meneliti sistem perhitungan Hindu (India) yang menggambarkan sistem nilai
tempat dari bilangan yang melibatkan bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.
Al-Khawarizmi adalah yang pertama kali memperkenalkan penggunaan bilangan nol
sebagai nilai tempat dalam basis sepuluh.
Matematika Vedanta dimulakan di India sejak Zaman Besi. Shatapatha Brahmana (kira-kira abad
ke-9 SM), menghampiri nilai π, dan Sulba Sutras (kira-kira 800–500 SM) yang
merupakan tulisan-tulisan geometri yang menggunakan bilangan irasional,
bilangan prima, aturan tiga dan akar kubik, menghitung akar kuadrat dari 2 sampai sebagian dari seratus ribuan, memberikan metode konstruksi lingkaran yang luasnya menghampiri persegi
yang diberikan, dll.
Angka Brahmi ditemukan di gua dan kuil di daerah dekat Poona, Bombay dan
Uttar Pradesh. Data waktunya menunjukkan bahwa sudah dipakai lebih lama sampai
abad 4M.
Periode Gupta adalah selama dinasti
Gupta memerintah sampai ke Magadha di Timur laut India pada awal abad 4M sampai
akhir abad 6M. Angka Gupta dibangun dari angka Brahmi dan tersebar luas oleh
kerajaan Gupta. Angka Gupta kemudian berkembang menjadi angka Nagari atau angka
Devahagari. Bentuk ini berkembang dimulai sekitar abad 7M dan berlanjut
berkembang dari abad 11M.
Penemuan yang berhubungan dengan
matematika yaitu catatan The Sulba Sutras, catatan The Siddhanta Surya, Naskah
Basali, penemuan pendekatan nilai phi, geometri, trigonometri dan aljabar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar