Kamis, 17 Maret 2016

Makalah Teori Belajar Kognitivisme Jean Piaget Dan S.Brunner



Teori Belajar Kognitivisme Jean Piaget Dan S.Brunner
                                                                          






Disusun sebagai tugas :
Mata Kuliah         : Belajar Dan Pembelajaran
Dosen Pengampu : Putri Wahyuni,S.Pd.,M.Pd.
Disusun oleh:
Annisa Pernada(146410392)

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Universitas Islam Riau
2014-2015








BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran, guru seringkali dihadapkan pada dinamika yang berkaitan dengan perkembangan peserta didik. Perubahan-perubahan dan perkembangan yang terjadi pada peserta didik ini harus mendapat perhatian dari guru, karena dengan ini guru dapat memilih strategipembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik yang terlibat dalam proses pembelajaran. Ada banyak teori –teori belajar dan teori perkembangan moral serta implementasinya dalam pembelajaran,beberapa diantaranya yaitu teori yang dikemukakan oleh Piaget dan S Burner.
Piaget mempunyai nama lengkap Jean Piaget lahir di Swiss tepatnya di Neuchatel pada tahun 1896. Dalam teorinya Piaget mengemukakan bahwa secara umum semua anak berkembang melalui urutan yang sama, meski jenis dan tingkat pengalaman mereka berbeda satu sama lainnya. Perkembangan mental anak terjadi secara bertahap dari tahap yang satu ke tahap yang lebih tinggi. Semua perubahan yang terjadi pada setiap tahap tersebut merupakan kondisi yang diperlukan untuk mengubah atau meningkatkan tahap perkembangan moral berikutnya.
Seymour Jerome Bruner lahir pada 1 oktober 1915 di New York City, Amerika Serikat. Jerome S. Bruner dalam teorinya (dalam Suherman E., 2003;43) menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, di samping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Dengan mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan, anak akan memahami materi yang harus dikuasainya itu. Ini menunjukkan bahwa materi yang mempunyai suatu pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dipahami dan diingat anak.



1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai beberapa masalah, antara lain :
1.      Mengetahui pengertian teori perkembangan kognitif?
2.      Bagaimana tahap-tahap perkembangan kognitif piaget?
3.      Bagaimana tahap-tahap perkembangan kognitif S Burner?

1.3  Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka ada beberapa tujuan yang dapat kita cantumkan dalam makalah ini, di antaranya adalah:
1.      Menjelaskan pengertian teori perkembangan kognitif
2.      Menjelaskan Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
3.      Menjelaskan Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif S Burner



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori yang lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Namun lebih dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Menurut aliran kognitif, belajar merupakan proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Perubahan perilaku seseorang yang tampak sesungguhnya hanyalah refleksi dari perubahan internalisasi persepsi dirinya terhadap sesuatu yang sedang diamati dan dipikirkannya. Sedangkan fungsi stimulus yang datang dari luar direspon sebagai activator kerja memori otak untuk membentuk dan mengembangkan struktur kognitif melalui proses asimilasi dan akomodasi yang terus-menerus di perbaharui, sehingga akan selalu saja ada sesuatu yang baru dalam memori dari setiap akhir kegiatan belajar (Hamzah,2008:53).
Dalam praktik, teori ini antara lain terwujud dalam “tahap-tahap perkembangan” yang diusulkan oleh Jean Piaget “belajar bermakna”nya Ausebel dan “belajar penemuan secara bebas”(Free Discovery Learning)” oleh Jerome Bruner. Masalah yang sering muncul pada tahap aplikasi teori-teori kognitif di bidang pembelajaran adalah dalam kaitannya dengan pengorganisasian isi pesan atau bahan belajar dan penstrukturan kegiatan belajar-mengajar (Hamzah,2008:53). Hal ini bisa dimengerti mengingat bahwa penelitian dan pengembangan paket-paket program pembelajaran pada berbagai jenis cabang disiplin keilmuan dan keahlian ternyata tidak menunjukkan hasil yang konsisten. Salah satu faktor yang dominan pengaruhnya terhadap variasi keefektifan pembelajaran adalah struktur bangunan disiplin ilmu yang dipelajari

2.2  Pengertian Belajar Menurut Piaget
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan
Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interaksi yang terus menerus antara individu dengan lingkungan. Fokus perkembangan kognitif Piaget adalah perkembangan secara alami fikiran pebelajar mulai anak-anak sampai dewasa. Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, duturunkan dari analisa perkembangan biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen (IQ=kecerdasan) adalah seperti sistem kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi.

2.1  Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Tahap perkembangan kognitif menurut Piaget (Paul. S, 2001:24) dibagi menjadi 4 tahap antara lain:
1.       Tahap sensorimotor (umur 0 – 2 tahun)
            Pada tahap sensorimotor, anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik yaitu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan. Karakteristik tahap ini merupakan gerakan – gerakan akibat suatu reaksi langsung dari rangsangan. Anak mengatur alamnya dengan indera(sensori) dan tindakan-tindakannya(motor), anak belum mempunyai kesadaran – kesadaran adanya konsepsi yang tetap.
            Contohnya: Diatas ranjang seorang bayi diletakkan mainan yang akan berbunyi bila talinya dipegang. Suatu saat, ia main-main dan menarik tali itu. Ia mendengar bunyi yang bagus dan ia senang. Maka ia akan mencoba menarik-narik tali itu agar muncul bunyi menarik yang sama.
            Contoh dalam matematika: Misalnya: Orang tua dapat membantu anak- anak mereka menghitung dengan jari, mainan dan permen. Sehingga anak dapat menghitung benda yang dia miliki dan mengingat apabila ada benda yang  ia punya hilang

2.       Tahap persiapan operasional (2 – 7 tahun)
            Operasi adalah suatu proses berpikir logis, dan merupakan aktifitas mental bukan aktifitas sensorimotor. Pada tahap ini anak belum mampu melaksanakan operasi – operasi mental. Unsur yang menonjol dalam tahap ini adalah mulai digunakannya bahasa simbolis, yang berupa gambaran dan bahasa ucapan. Dengan menggunakan bahasa, inteligensi anak semakin maju dan memacu perkembangan pemikiran anak karena ia sudah dapat menggambarkan sesuatu dengan bentuk yang lain.
            Contohnya: anak bermain pasar-pasaran dengan uang dari daun. Kemudian dalam penggunaan bahasa , anak menirukan apa saja yang baru ia dengar. Ia menirukan orang lain tanpa sadar. Hal ini dibuat untuk kesenangannya sendiri. Tampaknya ada unsur latihan disini, yaitu suatu pengulangan untuk semakin memperlancar kemampuan berbicara meskipun tanpa disadari.
            Contoh dalam matematika: Anak-anak baru hanya diperkenalkan dengan bentuk,Misal materi kubus cukup pada bentuknya, contoh aplikasi sekitar, serta warna jika ada.
            3.       Tahap operasi konkret (7 – 11 tahun)
            Tahap operasi konkret dinyatakan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada peristiwa – peristiwa yang langsung dialami. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang – barang yang konkret, belum bersifat abstrak maupun hipotesis.
             Contoh dalam matematika :Misalnya suatu gelas diisi air. Selanjutnya dimasukkan uang logam sehingga permukaan air naik. Anak pada tahap operasi konkreat dapat mengetahui bahwa volume air tetap sama. Pada tahap sebelumnya, anak masih mengira bahwa volume air setelah dimasukkan logam menjadi bertambah.
            4.       Tahap operasi formal (11 tahun keatas)
                        Tahap operasi formal merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas. Pada tahap ini anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung.
            Contoh dalam matematika: Seorang anak mengamati topi ayahnya yang berbentuk kerucut. Ia ingin mengetahui volum dari topi ayahnya tersebut. Lalu ia mengukur topi tersebut dan memperoleh tinggi kerucut 30 cm dengan jari – jari 21 cm.
            Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, maka guru sudah terlebih dahulu memberikan konsep kepada siswa mengenai bangun ruang(volum limas).
Volum limas = ⅓(luas alas)(tinggi limas)
                     = ⅓ × л × r­² × t²
                     = ⅓ × 3,14 × 7² cm² × 3 cm
                     = 154 cm³







2.3  Pengertian Belajar Menurut S Burner
proses belajar menurut Bruner adalah suatu proses yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya. Teori belajar Bruner dikenal dengan teori Free Discovery learning.
2.2  Tahap perkembangan kognitif S Burner
Menurut S Burner perkembangan kognitif manusia sebagai berikut:
a.    Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitar, artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
b. Tahap Ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar atau visualisasi verbal. Maksudnya dalam memhami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
c. Tahap Simbolik, seseorang telah mampu memilki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuananya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi menggunakan sistem enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannnya sistem enaktif dan ikonik dalam proses belajar.
                     Sebagai contoh dari ketiga cara penyajian ini, tentang pelajaran penggunaan timbangan. Anak kecil hanya dapat bertindak berdasarkan ”prinsip-prinsip” timbangan dan menunjukkan hal itu dengan menaiki papan jungkat-jungkit. Ia tahu bahwa untuk dapat lebih jauh kebawah ia harus duduk lebih menjauhi pusat. Anak yang lebih tua dapat menyajikan timbangan pada dirinya sendiri dengan suatu model atau gambaran. ”Bayangan” timbangan itu dapat diperinci seperti yang terdapat dalam buku pelajaran. Akhirnya suatu timbangan  dapat dijelaskan dengan menggunakan bahasa tanpa pertolongan gambar.


BAB III
PENUTUP
3.2  Kesimpulan
·         Teori belajar kognitif merupakan suatu teori yang lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri.
·         Fokus perkembangan kognitif Piaget adalah perkembangan secara alami fikiran pebelajar mulai anak-anak sampai dewasa.
·         Tahap Perkembangan Kognitif Piaget:
                                                -Tahap sensorimotor (umur 0 – 2 tahun)
                        - Tahap persiapan operasional (2 – 7 tahun)
                                                - Tahap operasi konkret (7 – 11 tahun)
                        - Tahap operasi formal (11 tahun keatas)
·         Tahap perkembangan kognitif S Burner:
            - Tahap enaktif
            - Tahap Ikonik
            - Tahap Simbolik










Tidak ada komentar:

Posting Komentar