Teori
Belajar Kognitivisme Jean Piaget Dan S.Brunner

Disusun sebagai tugas :
Mata Kuliah :
Belajar Dan Pembelajaran
Dosen Pengampu : Putri
Wahyuni,S.Pd.,M.Pd.
Disusun
oleh:
Annisa
Pernada(146410392)
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
Universitas Islam Riau
2014-2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran,
guru seringkali dihadapkan pada dinamika yang
berkaitan dengan
perkembangan peserta didik. Perubahan-perubahan dan perkembangan yang terjadi
pada peserta didik ini harus mendapat perhatian dari guru, karena dengan ini
guru dapat memilih strategipembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
peserta didik yang terlibat dalam proses pembelajaran. Ada banyak teori –teori
belajar dan teori perkembangan moral serta implementasinya dalam
pembelajaran,beberapa diantaranya yaitu teori yang dikemukakan oleh Piaget
dan S Burner.
Piaget mempunyai nama
lengkap Jean Piaget lahir di Swiss tepatnya di Neuchatel pada tahun 1896. Dalam
teorinya Piaget mengemukakan bahwa secara umum semua anak berkembang melalui urutan
yang sama, meski jenis dan tingkat pengalaman mereka berbeda satu sama lainnya.
Perkembangan mental anak terjadi secara bertahap dari tahap yang satu ke tahap
yang lebih tinggi. Semua perubahan yang terjadi pada setiap tahap tersebut
merupakan kondisi yang diperlukan untuk mengubah atau meningkatkan tahap
perkembangan moral berikutnya.
Seymour
Jerome Bruner lahir pada 1 oktober 1915
di New York City, Amerika Serikat. Jerome S. Bruner dalam
teorinya (dalam Suherman E., 2003;43) menyatakan bahwa belajar matematika akan
lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan
struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, di samping
hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Dengan
mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan,
anak akan memahami materi yang harus dikuasainya itu. Ini menunjukkan bahwa
materi yang mempunyai suatu pola atau struktur tertentu akan lebih mudah
dipahami dan diingat anak.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka dalam makalah ini,
kami akan membahas mengenai beberapa masalah, antara lain :
1. Mengetahui
pengertian teori perkembangan kognitif?
2. Bagaimana
tahap-tahap perkembangan kognitif piaget?
3. Bagaimana
tahap-tahap perkembangan kognitif S Burner?
1.3 Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka ada beberapa
tujuan yang dapat kita cantumkan dalam makalah ini, di antaranya adalah:
1. Menjelaskan
pengertian teori perkembangan kognitif
2. Menjelaskan
Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
3. Menjelaskan
Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif S Burner
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif merupakan
suatu teori yang lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu
sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respons. Namun lebih dari itu, belajar melibatkan proses
berpikir yang sangat kompleks.
Menurut aliran kognitif, belajar
merupakan proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Perubahan
perilaku seseorang yang tampak sesungguhnya hanyalah refleksi dari perubahan
internalisasi persepsi dirinya terhadap sesuatu yang sedang diamati dan
dipikirkannya. Sedangkan fungsi stimulus yang datang dari luar direspon sebagai
activator kerja memori otak untuk membentuk dan mengembangkan struktur kognitif
melalui proses asimilasi dan akomodasi yang terus-menerus di perbaharui,
sehingga akan selalu saja ada sesuatu yang baru dalam memori dari setiap akhir
kegiatan belajar (Hamzah,2008:53).
Dalam praktik, teori ini antara lain
terwujud dalam “tahap-tahap perkembangan” yang diusulkan oleh Jean Piaget
“belajar bermakna”nya Ausebel dan “belajar penemuan secara bebas”(Free
Discovery Learning)” oleh Jerome Bruner. Masalah yang sering muncul
pada tahap aplikasi teori-teori kognitif di bidang pembelajaran adalah dalam
kaitannya dengan pengorganisasian isi pesan atau bahan belajar dan
penstrukturan kegiatan belajar-mengajar (Hamzah,2008:53). Hal ini bisa
dimengerti mengingat bahwa penelitian dan pengembangan paket-paket program
pembelajaran pada berbagai jenis cabang disiplin keilmuan dan keahlian ternyata
tidak menunjukkan hasil yang konsisten. Salah satu faktor yang dominan
pengaruhnya terhadap variasi keefektifan pembelajaran adalah struktur bangunan
disiplin ilmu yang dipelajari
2.2 Pengertian Belajar Menurut Piaget
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih
berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.
Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan
obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan
kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan
Menurut
Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interaksi yang terus menerus antara
individu dengan lingkungan. Fokus perkembangan kognitif Piaget adalah
perkembangan secara alami fikiran pebelajar mulai anak-anak sampai dewasa.
Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, duturunkan dari analisa perkembangan
biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen (IQ=kecerdasan) adalah
seperti sistem kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi.
2.1 Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Tahap perkembangan kognitif menurut
Piaget (Paul. S, 2001:24) dibagi menjadi 4 tahap antara lain:
1. Tahap sensorimotor (umur 0 – 2 tahun)
Pada
tahap sensorimotor, anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik yaitu
dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan. Karakteristik tahap ini
merupakan gerakan – gerakan akibat suatu reaksi langsung dari rangsangan. Anak
mengatur alamnya dengan indera(sensori) dan tindakan-tindakannya(motor), anak
belum mempunyai kesadaran – kesadaran adanya konsepsi yang tetap.
Contohnya:
Diatas ranjang seorang bayi diletakkan mainan yang akan berbunyi bila talinya
dipegang. Suatu saat, ia main-main dan menarik tali itu. Ia mendengar bunyi
yang bagus dan ia senang. Maka ia akan mencoba menarik-narik tali itu agar
muncul bunyi menarik yang sama.
Contoh
dalam matematika: Misalnya: Orang tua dapat membantu
anak- anak mereka menghitung dengan jari, mainan dan permen. Sehingga anak
dapat menghitung benda yang dia miliki dan mengingat apabila ada benda yang
ia punya hilang
2. Tahap persiapan operasional (2 – 7 tahun)
Operasi
adalah suatu proses berpikir logis, dan merupakan aktifitas mental bukan
aktifitas sensorimotor. Pada tahap ini anak belum mampu melaksanakan operasi –
operasi mental. Unsur yang menonjol dalam tahap ini adalah mulai digunakannya
bahasa simbolis, yang berupa gambaran dan bahasa ucapan. Dengan menggunakan
bahasa, inteligensi anak semakin maju dan memacu perkembangan pemikiran anak
karena ia sudah dapat menggambarkan sesuatu dengan bentuk yang lain.
Contohnya:
anak bermain pasar-pasaran dengan uang dari daun. Kemudian dalam penggunaan
bahasa , anak menirukan apa saja yang baru ia dengar. Ia menirukan orang lain
tanpa sadar. Hal ini dibuat untuk kesenangannya sendiri. Tampaknya ada unsur
latihan disini, yaitu suatu pengulangan untuk semakin memperlancar kemampuan
berbicara meskipun tanpa disadari.
Contoh
dalam matematika: Anak-anak
baru hanya diperkenalkan dengan bentuk,Misal materi kubus cukup pada bentuknya, contoh aplikasi
sekitar, serta warna jika ada.
3. Tahap operasi konkret (7 – 11 tahun)
Tahap
operasi konkret dinyatakan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan
pada peristiwa – peristiwa yang langsung dialami. Anak masih menerapkan logika
berpikir pada barang – barang yang konkret, belum bersifat abstrak maupun
hipotesis.
Contoh dalam matematika :Misalnya suatu gelas
diisi air. Selanjutnya dimasukkan uang logam sehingga permukaan air naik. Anak
pada tahap operasi konkreat dapat mengetahui bahwa volume air tetap sama. Pada
tahap sebelumnya, anak masih mengira bahwa volume air setelah dimasukkan logam
menjadi bertambah.
4. Tahap operasi formal (11 tahun keatas)
Tahap
operasi formal merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara
kualitas. Pada tahap ini anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan
objek atau peristiwanya langsung.
Contoh dalam matematika:
Seorang anak
mengamati topi ayahnya yang berbentuk kerucut. Ia ingin mengetahui volum dari
topi ayahnya tersebut. Lalu ia mengukur topi tersebut dan memperoleh tinggi
kerucut 30 cm dengan jari – jari 21 cm.
Untuk
menyelesaikan persoalan tersebut, maka guru sudah terlebih dahulu memberikan
konsep kepada siswa mengenai bangun ruang(volum limas).
Volum limas = ⅓(luas alas)(tinggi limas)
= ⅓ × Ð» × r² × t²
= ⅓ × 3,14 × 7² cm² × 3 cm
= 154 cm³
2.3 Pengertian Belajar Menurut S Burner
proses belajar menurut Bruner adalah suatu proses yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep, teori, aturan, atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya. Teori belajar
Bruner dikenal dengan teori Free Discovery learning.
2.2 Tahap perkembangan kognitif S
Burner
Menurut S Burner perkembangan
kognitif manusia sebagai berikut:
a.
Tahap enaktif, seseorang
melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitar,
artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik.
Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
b. Tahap Ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar atau
visualisasi verbal. Maksudnya dalam memhami dunia sekitarnya anak belajar
melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
c. Tahap Simbolik, seseorang telah mampu memilki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang
sangat dipengaruhi oleh kemampuananya dalam berbahasa dan logika. Dalam
memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol bahasa, logika,
matematika dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak
sistem simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin
dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi
menggunakan sistem enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan
pembelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannnya sistem enaktif dan
ikonik dalam proses belajar.
Sebagai contoh dari ketiga cara penyajian ini, tentang
pelajaran penggunaan timbangan. Anak kecil hanya dapat bertindak berdasarkan
”prinsip-prinsip” timbangan dan menunjukkan hal itu dengan menaiki papan
jungkat-jungkit. Ia tahu bahwa untuk dapat lebih jauh kebawah ia harus duduk
lebih menjauhi pusat. Anak yang lebih tua dapat menyajikan timbangan pada
dirinya sendiri dengan suatu model atau gambaran. ”Bayangan” timbangan itu
dapat diperinci seperti yang terdapat dalam buku pelajaran. Akhirnya suatu
timbangan dapat dijelaskan dengan menggunakan bahasa tanpa
pertolongan gambar.
BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
·
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori yang
lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri.
·
Fokus
perkembangan kognitif Piaget adalah perkembangan secara alami fikiran pebelajar
mulai anak-anak sampai dewasa.
·
Tahap Perkembangan Kognitif Piaget:
-Tahap
sensorimotor (umur 0 – 2 tahun)
- Tahap persiapan
operasional (2 – 7 tahun)
-
Tahap operasi konkret (7 – 11 tahun)
- Tahap operasi formal (11
tahun keatas)
·
Tahap perkembangan kognitif S Burner:
- Tahap enaktif
- Tahap Ikonik
- Tahap Simbolik